16 Juli 2010

Penyimpanan Campuran

Penyimpanan merupakan proses pasca panen yang dilakukan untuk mempertahankan mutu dan kualitas dari komoditi atau produk sampai ke tangan konsumen. Penyimpanan yang baik mampu mempertahankan mutu sedangkan penyimpanan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan mutu komoditi hasil pertanian. Lama penyimpanan, jenis komoditi dan model penyimpanan akan menentukan hasil dari penyimpanan kmoditi tersebut. Model penyimpanan dapat dilakukan dengan penyimpanan komoditi yang seragam atau penyimpanan komoditi yang beragam (Syarief dan Halid, 1993).
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai model penyimpanan komoditi yang beragam. Penyimpanan yang beragam atau penyimpanan campuran merupakan model penyimpanan pada komoditi atau produk dengan mencampur antara produk satu dengan yang lainnya. Proses penyimpanan campuran sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari produk atau komoditi tentang pengaruhnya terhadap komoditi lainnya. Oleh karena itu, pencampuran bahan dengan tepat tidak akan menyebabkan komoditi lainnya rusak (Syarief dan Halid, 1993).
Pada praktikum kali ini dilakukan proses penyimpanan secara campuran dengan bahan atau produk yang digunakan yaitu bumbu rempah-rempah bubuk, biskuit, minuman beraroma dalam kemasan, dan keripik buah. Keempat produk tersebut dilakukan kombinasi dengan setiap produk disatukan sebanyak dua jenis.
Dalam SNI. 01.2973.1992 biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat dengan memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak, dan bahan pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan makanan tambahan lain yang di ijinkan. Berdasarkan SNI yang ada bahwa parameter utama dalam penyimpanan biskuit yang disimpan secara campuran yaitu bau dan rasanya normal, tidak tengik, serta warnanya normal sesuai jenis biskuit. pengemasan biskuit dengan menggunakan kemasan plastik atau stoples dan disimpan di tempat yang kering dan tertutup rapat sehingga biskuit tetap dalam kondisi bagus dan tahan lama. Menurut Kartika (1988) mutu biskuit ditinjau dari aspek inderawi (subyektif). Penilaian mutu biskuit ditinjau dari aspek sifat karakteristik bahan dengan menggunakan indera manusia meliputi beberapa hal yaitu : warna, aroma, rasa dan tekstur.
1) Warna
Warna yang baik untuk biskuit adalah kuning kecokelatan dan tergantung bahan yang digunakan. Warna tepung akan berpengaruh terhadap warna biskuit yang dihasilkan. Warna tepung yang putih akan menghasilkan biskuit yang kuning kecokelatan, sedang warna tepung yang agak kekuningan akan menghasilkan biskuit yang warnanya lebih cokelat.
2) Aroma
Aroma biskuit didapat dari bahan-bahan yang digunakan, dapat memberikan aroma yang khas dari butter dan lemak sebagai bahan pembuatan biskuit. Jadi aroma biskuit adalah harum juga sesuai dengan bahan yang digunakan.
3) Tekstur
Biskuit yang baik mempunyai tekstur renyah dan bila dipatahkan penampang potongannya berlapis-lapis.
4) Rasa
Rasa biskuit cenderung lebih dekat dengan aroma. Rasa biskuit yang baik adalah gurih dan cenderung asin sesuai dengan bahan yang digunakan dalam membuat adonan.
Keripik pisang adalah produk makanan ringan yang dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng dengan atau tanpa bahan tambahan makanan lain yang diizinkan. Dilihat dari standar mutu yang ada berdasarkan SNI 01-4315-1996 bahwa keripik pisang yang baik selam penyimpanan yaitu jika dilihat dari organoleptiknya yaitu keadaan baunya normal, rasanya khas pisang, warnanya normal, dan teksturnya renyah. Pengemasan yang baik untuk keripik pisang yaitu produk dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan.
Penyimpanan produk akhir sebaiknya dilakukan di ruang yang
terpisah dengan ruang penyimpanan bahan baku. Bahan pengemas yang umum digunakan untuk kripik pisang adalah plastik polipropilen dengan ketebalan minimal 0,8 mm atau aluminium foil. Pengemasan produk yang berupa kripik sebaiknya menggunakan mesin pengemas vakum (vacuum sealer). Ruang pengepakan usahakan mempunyai kelembaban udara (RH) yang rendah mengingat sifat keripik vakum ini higroskopisitasnya tinggi misalnya dilakukan dalam ruang ber-AC. Setelah produk dikemas, dilakukan pemeriksaan
terhadap penutupan kantong plastik (Anonim, 2010).
Menurut Savitri (2010) bumbu (herbs) adalah tanaman aromatik yang ditambahkan pada makanan, sebagai penyedap rasa masakan. Biasanya berupa daun-daunan segar seperti daun salam, daun jeruk, hingga daun temurui yang sering ditemukan dalam masakan Aceh. Pada praktikum kali ini bumbu yang digunakan yaitu bumbu lada putih yang telah dihaluskan. Menurut Syarief dan Halid (1993) lada (Piper nigrum L.) lada terdiri dari dua jenis yaitu lada hitam dan lada putih. Lada hitam merupakan lada yang berasal dari buah yang belum matang lalu dijemur. Lada putih berasal dari buah yang telah matang dengan pembuangan lapisan mesocarpnya. Kedua jenis lada tersebut digunakan sebagai rempah-rempah. Penyimpanan lada yang baik dilakukan pada kondisi yang kering untuk mengurangi kerusakan. Biasanya lada bubuk dikemas dengan menggunakan plastik polietilen yang tebal dan jangan sampai terkena sinar matahari. Selain itu, harus dikemas dengan menggunakan perekat untuk mengurangi kehilangan minyak volatil dan caking.
Penyimpanan lada harus dilakukan sesuai hal- hal berikut :
1. Lada harus disimpan di tempat yang bersih, kering, dengan ventilasi udara yang cukup, diatas bale-bale atau lantai yang di tinggikan, ditempat yang bebas dari hama seperti tikus dan serangga.
2. Lada tidak boleh disimpan bersama dengan bahan kimia pertanian atau pupuk yang mungkin dapat menimbulkan kontaminasi. Tempat penyimpanan lada harusmempunyai ventilasi yang cukup tetapi bebas dari kelembaban yang tinggi.
3. Lada yang disimpan harus diperiksa secara berkala untuk mendeteksi adanya gejala kerusakan karena hama atau kontaminasi (Direktorat Penanganan pasca panen, 2009).
Air minum dalam kemasan merupakan air yang dikemas dalam berbagai bentuk wadah 19 liter atau 5 galon, 1.500 ml/600 ml (botol), 240 ml/220 ml (gelas).
Pada praktikum kali ini, bahan yang ada dicampur seperti pisang,lada, minuman rasa jeruk, biscuit kelapa. Pada pengamatan hari pertama didapat bahwa keripik pisang beraroma keripik pisang, rasanya manis dan renyah dan warna masih berwarna kuning kecoklatan seperti warna keripik pisang umumnya. Minuman kemasan jeruk beraroma jeruk, rasa yang didapat rasa buah jeruk, dan warna minuman berwarna orange agak tua. Lada yang digunakan beraroma khas lada, mempunyai rasa pedas dan berwarna putih. Biskuit kelapa mempunyai rasa gurih manis kelapa, beraroma kelapa, dan warnanya coklat cream.
Pada pencampuran keripik pisang dengan minuman rasa jeruk didapat bahwa aroma, rasa keripik pisang dan buah jeruk tidak berubah dan warna jika dilihat kasat mata tidak terdapat perubahan warna yang berarti. Penggunaan alat calorimeter menunjukkan warna keripik pisang berubah brightness dan lightness-nya yang nilainya turun karena warna keripik pisang menjadi lebih tua akibat dari adanya perubahan komponen biokimia di dalam keripik pisang. Sedangkan pada minuman jeruk nilai lightness dan brightness-nya naik karena warna orange tua menjadi orange cerah karena adanya proses pengendapan jeruk dalam air jeruk.
Pada pengamatan keripik pisang dicampur lada didapat hasil yaitu keripik pisang mengalami perubahan baik warna dan aroma. Keripik pisang tetap mempunyai rasa manis tetapi aromanya berubah menjadi beraroma pisang bercampur aroma lada, nilai lightness dan brightness-nya turun diakibatkan adanya pengaruh dari lada dan juga pengaruh perubahan bikomia keripik pisang itu sendiri menjadi berwarna semakin gelap coklatnya. Sedangkan lada tidak mengalami perubahan aroma dan rasa, tetapi warnanya berubah dilihat dari nilai brightness dan lightnessnya yang berubah naik turun. Hal itu bias terjadi karena pengaruh lingkungan , ……………………….(tambahin yaa.ga ngertii). Dalam hal ini lada memberi pengaruh terhadap keripik pisang karena ditempatkan dalam satu wadah. Hal ini bias terjadi karena lada mempunyai karakteristik aroma lada yang kuat dimana aroma tersebut bias menembus kemasan lada dan mempengaruhi keripik pisang dalam satu wadah tersebut.
Pada pengamatan lada dicampur dengan biscuit kelapa didapat hasil yang menunjukkan bahwa rasa dan aroma pada lada tidak berubah atau tetap. Lada mempunyai rasa pedas dan tidak berubah setelah disimpan selama 3-5 hari. Begitu juga dengan aromanya yang mempunyai aroma khas lada yang menyengat.Dilihat dari nilai lightness, lada mempunyai nilai yang naik turun. Sedangkan untuk nilai brightessnya menunjukkan angka yang semakin menurun. Hal ini menandakan bahwa semakin lama lada disimpan tingkat kecerahannya menurun (rahma tolong cari alasannya). Sama seperti pada lada, pada biscuit kelapa terjadi perubahan pada aroma, tetapi tidak terjadi perubahan pada rasa. Nilai brightness dari biscuit kelapa selama penyimpanan selama 5 hari menunjukkan nilai yang naik-turun. Begitu juga dengan nilai lightness-nya. Untuk aroma biscuit pada hari pertama masih beraroma kelapa, tetapi setelah hari ketiga dan kelima, aroma biscuit berubah bercampur menjadi aroma kelapa dan lada. Hal ini disebabkan lada merupakan bahan volatile yang mudah menguapkan aroma yang dimiliki sehingga biscuit menyerap aroma dari lada tersebut. Tetapi dari segi rasa biskuit tidak mengalami perubahan, yaitu gurih manis.
Percobaan lain yang dilakukan adalah pencampuran lada dengan minuman rasa jeruk dalam satu wadah. Hasil pengamatan yang didapat yaitu pada lada tidak terjadi perubahan rasa dan aroma. Lada tetap mempunyai rasa pedas lada dan beraroma menyengat khas lada. Warnanya berubah dilihat dari nilai brightness dan lightnessnya yang naik turun. Hal ini menandakan bahwa terjadi tingkat kecerahannya menurun karena adanya perubahan biokimia dalam lada tersebut. Sedangkan pada minuman rasa jeruk tidak terjadi perubahan rasa tetapi terjadi perubahan aroma. Aroma minuman rasa jeruk menjadi beraroma jeruk dan berbau lada. Hal ini terjadi karena sifat volatile dari lada yang mempengaruhi produk lain. Warna minuman rasa jeruk bila dilihat secara langsung oleh mata tidak terlihat adanya perubahan yang berarti tetapi dari nilai lightness dan brightnessnya tiudak bias diukur karena alat colortecnya rusak. Dalam hal ini lada mempengaruhi aroma minuman rasa jeruk.
Pada pengamatan biscuit kelapa yang dicampur dengan minuman rasa jeruk didapat bahwa biscuit kelapa tidak mengalami perubahan rasa dan warna. Rasa biscuit kelapa tetap gurih manis kelapa dan warnanya tetap cokelat cream. Biskuit kelapa mengalami perubahan aroma menjadi aroma jeruk. Hal ini karena pengaruh aroma minuman jeruk begitu kuat. Apabila kita membuka minuman rasa jeruk dan ‘membaui’ minuman tersebut aroma jeruk terasa begitu kuat dan menyengat lalu ini bias mempengaruhi aroma biscuit yang aromanya tidak begitu kuat bahkan cenderung aromanya mudah menghilang. Dalam pengamatan ini tidak digunakan alat colortec meter sehingga tidak bias dilihat perubahan nilai brightness dan lightnessnya yang pastinya. Sedangkan pada minuman rasa jeruk tidak terjadi perubahan warna dan aroma. Warna minuman tetap warna orange dan tetap beraroma jeruk. Tetapi terjadi perubahan rasa menjadi kelapa. Dalam hal ini terjadi kesalahan karena rasa minuman tidak mungkin berubah menjadi kelapa karena rasa jeruk dalam minuman tersebut begitu kuat.
Pada pengamatan



KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Syarief, Rizal dan Halid, hariyadi. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta: Penerbit ARCAN.
Kartika, Bambang. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta : UGM.
Anonim. 2010. Keripik Pisang. http://bpp-cp.com/2010/04/09/kripik-pisang/ akses tanggal 9 Mei 2010.
Savitri, Berlianti. 2010. Sahabat wanita di dapur. Dalam Femina edisi 8. http://www.femina.co.id/issue/issue_detail.asp?id=565&cid=2&views=9 akses tanggal 8 Mei 2010.
Direktorat penanganan pasca panen. 2009. Pedoman penanganan pasca panen lada (Piper nigrum L.). Ditjen pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, Departemen Pertanian.
SNI. 01.2973.1992. Mutu dan cara uji biskuit. Badan Standarisasi Nasional.
SNI 01-4315-1996. Keripik pisang. Badan Standarisasi Nasional.